Ada cerita haru dibalik kelolosan Auckland City ke Piala Dunia Antarklub 2025.
Diketahui, klub asal Selandia Baru itu bisa dibilang klub amatir, bukan profesional.
Saking amatirnya klub tersebut, beberapa pemainnya masih berkerja paruh waktu demi memenuhi kebutuhan.
Dilansir dari Reuters, beberapa pemain Auckland City bekerja sebagai guru, pengemudi pengantar barang, dan pedagang.
Hal tersebut juga dirasakan oleh bek Auckand City, Adam Mitchell.
Selain menjadi pemain Auckand City, Adam Mitchell juga berkerja sebagai sales rumah di Selandia Baru.
Dengan kelolosan Auckland City ke Piala Dunia Antarklub 2025, membuat Adam Mitchell harus rela akan kehilangan uang bulan ini.
"Bisnis saya hanya berjalan berdasarkan komisi," kata Mitchell dikutip dari Reuters pada Jumat (21/6/2025).
"Jika saya tidak kembali bekerja, tidak ada pemasukan yang masuk," tambahnya.
Meski begitu, Adam Mitchell mengaku telah mempertimbangkan keputusannya untuk tampil di Piala Dunia Antarklub 2025 dengan matang.
Menurutnya, tampil di ajang bergengsi dunia tersebut akan menjadi kenangan indah yang tak terlupakan di masa depan.
Ia pun rela kehilangan pemasukan tambahan bulan ini demi kesempatan terbang ke Amerika Serikat dan membela timnya.
"Namun, dalam turnamen seperti ini, Anda harus bersedia berkorban dan itulah yang telah dilakukan banyak dari kami," kata bek Auckand City itu.
Bukan hanya pendapatan Adam Mitchell yang terdampak.
Di bawah undang-undang ketenagakerjaan Selandia Baru, pekerja umumnya mendapatkan jatah cuti tahunan selama empat hingga lima minggu.
Namun, bagi para pemain Auckland City, sebagian besar jatah cuti tersebut telah habis digunakan untuk mengikuti turnamen OFC Champions League tahun lalu yang membuat mereka lolos ke Piala Dunia Antarklub 2025.
"Para pemain yang lolos kualifikasi untuk turnamen ini, kami bermain di Kepulauan Solomon. Itu berlangsung selama tiga minggu," jelas Mitchell.
"Beberapa orang sudah kehabisan cuti tahunan."
"Orang-orang sedang dalam masa cuti negatif dan mengambil cuti tanpa gaji."
"Jadi, senang rasanya mengetahui pengorbanan yang kami lakukan untuk bisa berada di sini," tambahnya.
Sementara turnamen tersebut menawarkan hadiah uang yang bervariasi tergantung performa, Auckland City yang mewakili salah satu konfederasi sepak bola terkecil, hanya akan menerima bayaran terendah, $3,58 juta (Rp 58 juta).
Bahkan jumlah tersebut, menurut Mitchell, masih menjadi bahan negosiasi antara pihak klub dan Federasi Sepak Bola Selandia Baru.
Mengenai perjuangannya di dunia sepak bola, Mitchell harus menyeimbangkan tuntutan pekerjaan real estat berbasis komisi dengan sesi latihan klub.
Hari-harinya biasanya dimulai pagi-pagi, menyempatkan diri untuk berolahraga di pusat kebugaran sebelum bekerja, dan berakhir larut malam setelah latihan.
Kini, perjuangan Auckland City di Piala Dunia Antarklub 2025 masih berlanjut.
Setelah kalah 10-0 dari Bayern Munchen, Auckland City setidaknya masih memiliki dua laga tersisa.
Mereka akan melawan Benfica pada matchday kedua Grup C pada Jumat (21/6) pukul 23.00 WIB.
Berlanjut melawan Boca Juniors pada Rabu (25/6/2025) pukul 02.00 WIB.
Auckland City wajib menang pada dua laga tersisa itu untuk dapat lolos ke tahap selanjutnya.
Meski begitu, bukan hal yang mudah bagi mereka untuk mencuri kemenangan. Terlebih, Auckland City memiliki ranking tim ke-5.074 dunia, dikutip dari Sportsmole.
Jika pun gagal, perjuangan para pemain Auckland City di Piala Dunia Antarklub 2025 patut diapresiasi.
Klasemen Grup C Piala Dunia Antarklub 2025
1. Bayern Munchen | 1 | 1 | 0 | 0 | 10 | 0 | +10 | 3 poin
2. Benfica | 1 | 0 | 1 | 0 | 2 | 2 | 0 | 2 poin
3. Boca Juniors | 1 | 0 | 1 | 0 | 2 | 2 | 0 | 1 poin
4. Auckland City | 1 | 0 | 0 | 1 | 0 | 10 | -10 | 0 poin
*Keterangan: Nama Tim | Jumlah Main | Menang | Seri | Kalah | Gol | Kebobolan | Selisih Gol | Jumlah Poin.
(/Ali)
Tidak ada komentar
Posting Komentar