Ada masa ketika sebagian besar penghasilan saya habis untuk biaya sekolah dan kuliah anak-anak. Rasanya seperti lari tanpa henti—dari seragam, SPP, hingga biaya kos dan buku. Tapi sekarang, masa itu mulai berlalu. Dua anak saya yang besar sudah bekerja dan mandiri. Mereka sudah bisa membiayai hidup mereka sendiri. Bahkan, dengan penuh kasih, mereka rutin mengirim uang jajan untuk ibunya. Hati mana coba yang tidak meleleh?

Kini, anak bungsuku adalah satu-satunya yang masih saya tanggung biaya pendidikannya. Meskipun beban sudah agak berkurang, namun hal itu belum membuat saya merasa lega sepenuhnya. Malahan pada tahap ini, saya mulai mempertimbangkan kembali bagaimana cara mengatur keuangan dengan lebih baik lagi. Saya pikir akan sangat disayangkan jika uang masuk hanya diam di rekening tanpa berkembang atau membantu apa pun.

Mulailah saya berpikir: adakah metode yang lebih baik untuk menabung sambil tetap memastikan keamanannya?

Tentang Impian dan Tujuan yang Perlu Dibedakan

Sejak dulu saya punya mimpi besar: ingin sekali bisa umrah dan naik haji. Mimpi yang terasa mewah, tapi tak pernah saya lepas dari doa. Waktu itu, guru ngaji saya pernah bilang, “Ibadah ini berat bukan karena jauh, tapi karena kita sering menggabungkan niatnya dengan kebutuhan lain.”

Beliau paham betul rasanya jadi emak-emak—kebutuhan rumah tangga tak pernah ada habisnya. Jadi, harus ada niat yang berdiri sendiri. Harus diniatkan secara khusus. Salah satu caranya, kata beliau, adalah dengan rutin menabung dan sedekah subuh. Lalu niatkan: "Ya Allah, saya berniat sedekah Subuh untuk umrah dan haji." Bukan untuk bayar listrik. Bukan untuk staycation.

Dari waktu ke waktu, saya pun mulai menyisihkan sebagian uang. Meskipun jumlahnya belum besar, setidaknya tekadku telah terbentuk. Tujuanku adalah pada akhirnya, aku dapat pergi haji tidak hanya ketika memiliki kemampuan finansial, tetapi juga dengan persiapan mental yang matang. Insya Allah.

Mengenal Tabungan Emas dan Deposito Emas

Belum lama ini, melalui aplikasi Pegadaian Digital saya mulai tertarik dengan produk Tabungan Emas Pegadaian. Walaupun belum punya akunnya sekarang, saya sudah mulai membaca-baca dan menyusun rencana. Target saya sederhana: setelah cicilan Emas 10 gram lunas saya mau buka tabungan emas, kumpulkan sampai minimal 5 gram, lalu dialihkan ke Deposito Emas.

Wah, konsepnya menarik sekali, ya. Kita menabung dalam bentuk emas, lalu jika jumlahnya sudah cukup, bisa kita depositokan. Artinya, emas yang kita miliki tidak dijual, tetap utuh, tapi bisa "bekerja" dengan memberikan imbal hasil tahunan.

Saya segera terfikir: hal ini dapat menjadi metode menyimpan uang yang tak cuma selamat, tetapi juga bijak.

Tabungan Emas: Metode Aman serta Bijak untuk Berhemat

Untuk membuka Deposito Emas Pegadaian, ada beberapa syarat ringan:

Punya akun Premium Pegadaian Digital dan Tabungan Emas aktif.

Saldo minimal setara dengan 5 gram emas.

Pilih jangka waktu deposito, misalnya 12 bulan.

Setelah masa jatuh tempo, emas masih dapat ditarik kembali bersama dengan keuntungan sebesar 1% per tahun.

Segalanya dapat dijalankan dengan cara digital. Tak perlu susah payah mengunjungi kantor cabang lagi. Sangat sesuai untuk ibu-ibu seperti saya yang mendambakan kemudahan dan tidak merepotkan.

Dan mengingat harga emas cenderung stabil dan mampu menahan dampak inflasi, saya rasa ini adalah pilihan tepat untuk orang yang ingin menyimpannya dengan tenang.

Menabung Emas Dapat Menjadi Jalannya ke Haji

Hal yang membuat saya tambah bersemangat adalah bahwa Tabungan Emas Pegadaian dapat digunakan sebagai agunan untuk memperoleh bagian haji melalui Pembiayaan Haji Syariah.

Saya berbicara sebentar dengan petugas di Pegadaian, dan mereka menjabarkan:

Kami dapat menggadaikan Tabungan Emas sebanyak 3,5 gram, ataupun emas batangan serta perhiasan yang memiliki penilaian setidaknya Rp1,9 juta.

Nanti kita akan dibantu untuk mendapatkan porsi haji resmi dari Kementerian Agama.

Caranya sederhana, mengikuti prinsip syariah, dan pastinya juga aman.

Ini sama saja dengan membuat jalur terbuka bagi orang-orang yang telah berniat tetapi belum memiliki modal uang tunai cukup. Pribadi saya bahkan menjadi lebih percaya diri dalam mengawali Tabungan Emas, sebab adanya tujuan serta keuntungan yang pasti.

Rencana Saya: Sedikit Demi Sedikit, Lama-Lama Jadi Nyata

Saya bukan tipe yang bisa langsung setor besar. Tapi saya percaya dengan kekuatan langkah kecil yang konsisten. Kalau tiap bulan saya sisihkan Rp500 ribu sampai Rp1 juta, pelan-pelan saldo emas bisa terkumpul. Begitu cukup 5 gram, saya akan langsung coba Deposito Emas. Setelah itu? Kita lihat lagi—apakah akan dilanjutkan ke Pembiayaan Haji, atau tetap dikembangkan.

Yang pasti, saya ingin menyiapkan masa depan dengan cara yang tenang dan terarah. Apakah untuk umrah, haji, atau mungkin membangun rumah kecil yang tanahnya sudah saya siapkan.

Penutup: Bukan Siapa Cepat, Tapi Siapa Siap

Saya tahu, mimpi berangkat haji mungkin masih jauh secara hitungan rupiah. Tapi secara niat, entah kenapa saya merasa makin dekat.

Lewat Tabungan Emas, Deposito Emas, dan layanan Pembiayaan Haji Syariah dari Pegadaian, saya merasa diberi pilihan yang nyata dan masuk akal. Tidak muluk-muluk, tidak memberatkan, tapi menggerakkan.

Jika Anda juga memiliki impian yang sama, mungkin dapat memulainya dari titik ini. Sebab banyak petualangan hebat selalu bermula dengan tindakan kecil—yang penting adalah tetap konsisten serta diisi dengan doa.

Bukan tentang siapa yang tercepat, tetapi siapa yang paling disiapkan.