.CO.ID – JAKARTA. Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk ( GOTO ) memasang target laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi ( EBITDA) yang disesuaikan Rp 1,4 triliun sampai  Rp 1,6 triliun sepanjang tahun 2025.

Optimalisasi segmen-segmen bisnisnya bakal menjadi katalis utama dalam ketercapaian target tersebut.

Pada bulan April lalu, pihak pengelola GOTO mengatakan bahwa mencapai sasaran EBITDA yang telah disesuaikan untuk tahun 2025 akan diperkuat dengan peningkatan tambahan di sektor usaha jasa. on-demand dan fintech.

Untuk layanan on-demand Pengguna berbayar dianggap sebagai salah satu faktor kunci untuk kemajuan sektor ini. Oleh karena itu, perusahaan tersebut fokus pada peningkatan keikutsertaan pengguna berbayar dalam produknya.

Memang, pada kuartal I-2025 segmen on-demand GOTO berhasil mengantongi nilai bruto transaksi (GTV) sebesar Rp 15,7 triliun, naik 17,1% secara tahunan (YoY).

Berikut rincianya, GTV dari jasa pengiriman mencapaiRp 9,8 triliun serta dari layanan mobilitas senilai Rp 5,9 triliun. Kedua kategori tersebut mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 16,7% dan 17,4% secara tahun-ke-tahun.

Kotak penyimpanan untuk sektor fintech milik GOTO fokus pada pengembangan ekspansi portofolio peminjaman. Di semester I tahun 2025, GOTO sukses mengerek pendapatan bagian fintech sampai 90% mencapai angka Rp 1,2 triliun dengan jumlahRp 763 miliar datang dari jasa peminjaman.

Secara keseluruhan, Analis Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer menilai target adjusted EBITDA yang dipasang GOTO terbilang realistis, jika meninjau catatan konsistensi efisiensi biaya dan pertumbuhan khususnya di segmen fintech.

Meskipun demikian, Miftahul mengatakan bahwa ekspansi layanan peminjaman harus dilakukan dengan hati-hati. Terlebih lagi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan adanya pertambahan kasus kredit macet di perusahaan pembiayaan sebesar 3,78% hingga April 2025, naik dari angka 3,48% pada bulan sebelumnya.

“Jika tidak dikelola dengan prudent "Motivasi agresif terhadap peminjaman dapat berdampak dualistik," ungkap Miftahul kepada , Selasa (3/6).

Analis dari Ciptadana Sekuritas, Christopher Rusli, juga menggarisbawahi poin serupa. "Tantangan dalam menjaga rasio kredit bermasalah tetap terkendali merupakan salah satu faktor potensial penurunannya," ungkapnya di laporan tanggal 5 Mei 2025.

Selain itu, Christopher juga menyoroti risiko tekanan persaingan pasar dan hambatan makroekonomi yang bisa saja menghambat kinerja GOTO sepanjang tahun 2025.

Namun secara keseluruhan, Christopher masih merekomendasikan buy Untuk saham GOTO, dengan tujuan harga akhir tahun sebesar Rp 100 per saham. Di sisi lain, Miftahul tetap wait and see terhadap saham GOTO.