Berinteraksi dengan individu yang memiliki kecerdasan emosi tinggi seringkali terasa sangat menyenangkan dan membangun bagi semua pihak.

Mereka memiliki kemampuan luar biasa untuk menciptakan suasana percakapan yang nyaman, saling menghargai, serta produktif untuk berbagai topik.

Menariknya, kunci dari keahlian komunikasi mereka seringkali terletak pada apa yang mereka putuskan untuk tidak lakukan selama obrolan berlangsung.

Kebiasaan-kebiasaan ini menjadi dasar interaksi yang sehat. Melansir dari Geediting.com Jumat (20/6), berikut adalah delapan hal yang tidak pernah dilakukan oleh individu cerdas emosi dalam percakapan.

1. Menyela Pembicaraan Orang Lain

Orang cerdas emosi tidak akan pernah memotong ucapan lawan bicara sebelum kalimatnya tuntas disampaikan sepenuhnya. Mereka memahami bahwa menyela adalah bentuk ketidakpedulian sekaligus meremehkan nilai pemikiran yang sedang diutarakan orang lain.

2. Membuat Asumsi Tanpa Konfirmasi

Mereka menghindari menarik kesimpulan sepihak tentang maksud atau perasaan orang lain tanpa dasar yang jelas terlebih dahulu. Kecenderungan membuat asumsi justru bisa menimbulkan kesalahpahaman fatal serta memicu konflik yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

3. Menghindari Topik Sulit

Meski terasa tidak nyaman, individu cerdas emosi tidak pernah lari dari percakapan yang menantang atau membutuhkan kejujuran. Mereka sadar bahwa justru dengan membahas isu-isu sulit, hubungan antarmanusia bisa tumbuh lebih dalam dan kuat.

4. Mendominasi Sepenuhnya Obrolan

Percakapan yang sehat bagi mereka adalah dialog yang seimbang, bukan monolog satu arah dari diri sendiri. Mereka mengerti pentingnya memberi ruang setara bagi setiap partisipan agar bisa berbagi cerita serta menyampaikan pandangannya.

5. Mengecilkan Perasaan Orang Lain

Setiap emosi yang diungkapkan oleh lawan bicara selalu ditanggapi dengan empati dan pengertian mendalam oleh mereka. Orang cerdas emosi tidak pernah meremehkan atau menganggap remeh apa yang orang lain rasakan, betapapun kecilnya itu.

6. Menggunakan Obrolan untuk Melampiaskan Diri

Mereka tidak akan memanfaatkan percakapan sebagai wadah utama untuk sekadar melampiaskan semua kemarahan atau frustrasi pribadi. Tindakan ini hanya akan membebani lawan bicara secara emosional tanpa memberikan solusi nyata bagi permasalahan yang ada.

7. Bereaksi Secara Impulsif

Alih-alih langsung merespons dengan tergesa-gesa, mereka selalu mengambil jeda sejenak untuk berpikir sebelum menanggapi sesuatu. Setiap respons yang keluar dari mereka selalu didasari oleh pertimbangan matang agar tidak menimbulkan penyesalan di kemudian hari.

8. Mengabaikan Isyarat Non-Verbal

Bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau nada suara lawan bicara tidak pernah luput dari perhatian cermat mereka selama percakapan berlangsung. Mereka mengandalkan isyarat non-verbal ini sebagai petunjuk penting untuk memahami konteks serta perasaan sejati orang lain.

Menerapkan kebiasaan-kebiasaan ini dalam komunikasi sehari-hari bisa secara signifikan meningkatkan kualitas interaksi kita dengan orang lain. Dengan menghindari hal-hal tersebut, kita tidak hanya menjadi pendengar yang lebih baik, tetapi juga pribadi yang lebih cerdas secara emosi dalam setiap hubungan.