BOLTIM Pikiran Rakyat -
Di tanah basah, jejakmu tertinggal,
meski langkahmu telah lama menjauh,
namun angin masih menyebut namamu,
di sela dedaunan yang lirih berpeluh.
Bayangmu tak pernah benar-benar pergi,
ia menetap di antara detak dan diam,
dalam kenangan yang enggan mati,
meski hari berganti tanpa salam.
Ada rindu yang tak tahu arah,
menyusuri waktu tanpa jawab,
seperti hujan yang jatuh perlahan,
menghapus tanah, tapi tak bisa menghapus harap.
Kau abadi, bukan karena tinggal,
tapi karena hati tak bisa melepaskan,
dan waktu, betapapun jauh berjalan,
tak pernah sanggup menghapus perasaan.***
Tidak ada komentar
Posting Komentar